Kasus LP
Cebongan, Pemda DIY Harus Berbenah
Oleh: Noor Alfian Asslam
(11210023)
Para
pelaku penyerangan di LP Cebongan, Sleman, Yogyakarta pada Sabtu (23/3) lalu
sampai saat ini masih misterius, Melihat cara kerja dan modus operandinya maka
dapat dipastikan pelakunya sangat berani, terlatih dan profesional. Tindakan
tersebut sudah terencana dengan baik. Pelaku sangat profesional melancarkan
aksinya. Pelaku telah melakukan dengan sangat cermat, sistematis dan cepat.
Tidak salah beberapa pengamat mencurigai pihak militer sebagai pelaku yang
paling dicurigai. Melihat latar belakang motif, kemampuan dan ketrampilan
pelaku tidak ada yang boleh melarang kalau militer paling dicurigai. Meski
kelompok lain seperti kelompok preman, teroris atau mafia narkoba internasional
juga sudah mulai dijadikan kambing hitam. Kelompok ini secara berkelompok
sejumlah 15 orang dengan berani menyerbu lapas dan berhasil menembus penjagaan
yang lumayan ketat dan lebih kokoh pintu gerbangnya. Saat itu mereka mengaku
polisi dan mengancam meledakkan granat. Mereka dengan gagah berhasil membuka 5
pintu gerbang sebelum menembaki 4 narapidana dengan brutal. Selain menembak
empat korban, kawanan penyerang menganiaya delapan petugas lapas menggunakan
popor senapan laras panjang. Mereka dianiaya karena mencegah penyerang masuk ke
dalam lapas. Untuk menghilangkan jejak, para pelaku mengambil CCTV di dekat sel
korban dan di depan pintu masuk lapas. Bila dilihat dari sisi alasan dan motif
pembunuhan maka beberapa kelompok patut dicurigai. Saat ini melihat motif dan
modus operandinya kecurigaan paling besar diarahkan pada kelompok oknum militer
yang terlatih. Kecurigaan lainnya adalah kelompok preman atau teroris. Indikasi
motif bagi kelompok premann jaringan narkoba Internasional dan teroris sangat
sulit dijelaskan.
Namun
dengan peristiwa semacam ini jelas mempunyai dampak dan bisa dijadikan
pelajaran khususnya buat orang perantauan yang ada di Jogja. Karena sejauh ini
Jogja memang tak pernah kehabisan pengunjung dari berbagai Kota maupun Negara.
Selalu meningkatnya orang-orang dari Kota lain yang ada di Jogja jelas-jelas
sangat mempengaruhi tingkat kejahatan saat ini. Hal ini lah yang harus
dijadikan Pemda DIY untuk berbenah mengatasi keamanan yang ada di Jogja saat
ini. Mengingat mekin bertambahnya orang asing saat ini, bukan mustahil tingkat
kejahatan bahkan premanisme pun makin merajalela.
Kalau
program sistim keamanan dan ketertiban segera dilaksanakan dengan baik di Jogja
kali ini, pastinya akan merubah pola pikir orang-orang non Jogja. Dengan itu
mereka bisa saling menghargai, tidak semenang-menangan, tidak sok preman.
Karena kalau saya amati di Jogja ini, justru orang-orang dari Papua, NTT,
Timor-timor memang kerap melakukan ulah pada oknum keamanan dan ketertiban.
Mereka sering melanggar tata tertib lalu lintas, mabuk di pinggiran jalan,
bahkan berantem sesama warga. Hal inilah yang harus segera terselesaikan dengan
baik buat Pemda untuk memperbaiki citra Jogja biar jauh dari tindak kejahatan
bahkan premanisme.
Pemda
DIY harus berbenah sejak sekarang. Meningkatkan sistem keamanan, tata tertib di
jalan raya, serta aktifitas lain yang bisa di jadikan tindak kejahatan. Jogja
yang sekarang ini bukan Jogja yang dulu. Kalau dulu Jogja sangat nyaman, belum
sepadat ini dengan para pengunjung. Dengan kenyamanan yang sangat baik,
pastinya bisa membalikkan citra Jogja sebagai Kota Budaya dan Pelajar.
Mengurangi rasa jera orang-orang yang ingin datang di Jogja, untuk itu Pemda
DIY harus berbanah. Memperbaiki sistim keamanan dan ketertiban yang saat ini
terjadi. Biar nantinya Jogja yang dulu masih tercipta dengan nuansa yang baru.
Dan Jogja berhati nyaman slalu menyamankan para pengunjungnya bukan hanya jadi
slogan saja. Berbenahlah Jogja..!!
0 komentar:
Posting Komentar