Selasa, 16 April 2013

Kasus LP Cebongan, Pemda DIY Harus Berbenah

Kasus LP Cebongan, Pemda DIY Harus Berbenah
Oleh: Noor Alfian Asslam (11210023)


Para pelaku penyerangan di LP Cebongan, Sleman, Yogyakarta pada Sabtu (23/3) lalu sampai saat ini masih misterius, Melihat cara kerja dan modus operandinya maka dapat dipastikan pelakunya sangat berani, terlatih dan profesional. Tindakan tersebut sudah terencana dengan baik. Pelaku sangat profesional melancarkan aksinya. Pelaku telah melakukan dengan sangat cermat, sistematis dan cepat. Tidak salah beberapa pengamat mencurigai pihak militer sebagai pelaku yang paling dicurigai. Melihat latar belakang motif, kemampuan dan ketrampilan pelaku tidak ada yang boleh melarang kalau militer paling dicurigai. Meski kelompok lain seperti kelompok preman, teroris atau mafia narkoba internasional juga sudah mulai dijadikan kambing hitam. Kelompok ini secara berkelompok sejumlah 15 orang dengan berani menyerbu lapas dan berhasil menembus penjagaan yang lumayan ketat dan lebih kokoh pintu gerbangnya. Saat itu mereka mengaku polisi dan mengancam meledakkan granat. Mereka dengan gagah berhasil membuka 5 pintu gerbang sebelum menembaki 4 narapidana dengan brutal. Selain menembak empat korban, kawanan penyerang menganiaya delapan petugas lapas menggunakan popor senapan laras panjang. Mereka dianiaya karena mencegah penyerang masuk ke dalam lapas. Untuk menghilangkan jejak, para pelaku mengambil CCTV di dekat sel korban dan di depan pintu masuk lapas. Bila dilihat dari sisi alasan dan motif pembunuhan maka beberapa kelompok patut dicurigai. Saat ini melihat motif dan modus operandinya kecurigaan paling besar diarahkan pada kelompok oknum militer yang terlatih. Kecurigaan lainnya adalah kelompok preman atau teroris. Indikasi motif bagi kelompok premann jaringan narkoba Internasional dan teroris sangat sulit dijelaskan.
Namun dengan peristiwa semacam ini jelas mempunyai dampak dan bisa dijadikan pelajaran khususnya buat orang perantauan yang ada di Jogja. Karena sejauh ini Jogja memang tak pernah kehabisan pengunjung dari berbagai Kota maupun Negara. Selalu meningkatnya orang-orang dari Kota lain yang ada di Jogja jelas-jelas sangat mempengaruhi tingkat kejahatan saat ini. Hal ini lah yang harus dijadikan Pemda DIY untuk berbenah mengatasi keamanan yang ada di Jogja saat ini. Mengingat mekin bertambahnya orang asing saat ini, bukan mustahil tingkat kejahatan bahkan premanisme pun makin merajalela.
Kalau program sistim keamanan dan ketertiban segera dilaksanakan dengan baik di Jogja kali ini, pastinya akan merubah pola pikir orang-orang non Jogja. Dengan itu mereka bisa saling menghargai, tidak semenang-menangan, tidak sok preman. Karena kalau saya amati di Jogja ini, justru orang-orang dari Papua, NTT, Timor-timor memang kerap melakukan ulah pada oknum keamanan dan ketertiban. Mereka sering melanggar tata tertib lalu lintas, mabuk di pinggiran jalan, bahkan berantem sesama warga. Hal inilah yang harus segera terselesaikan dengan baik buat Pemda untuk memperbaiki citra Jogja biar jauh dari tindak kejahatan bahkan premanisme.
Pemda DIY harus berbenah sejak sekarang. Meningkatkan sistem keamanan, tata tertib di jalan raya, serta aktifitas lain yang bisa di jadikan tindak kejahatan. Jogja yang sekarang ini bukan Jogja yang dulu. Kalau dulu Jogja sangat nyaman, belum sepadat ini dengan para pengunjung. Dengan kenyamanan yang sangat baik, pastinya bisa membalikkan citra Jogja sebagai Kota Budaya dan Pelajar. Mengurangi rasa jera orang-orang yang ingin datang di Jogja, untuk itu Pemda DIY harus berbanah. Memperbaiki sistim keamanan dan ketertiban yang saat ini terjadi. Biar nantinya Jogja yang dulu masih tercipta dengan nuansa yang baru. Dan Jogja berhati nyaman slalu menyamankan para pengunjungnya bukan hanya jadi slogan saja. Berbenahlah Jogja..!! 

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.